Embun Dihati Arya
Siapa yang tidak mengenal “Arya”
cowok ganteng, pintar, tajir, baik plus tenar pula. Perfect! Nggak ada satu
cewekpun yang tidak tertarik bila melihatnya, terlebih jika mengenalnya,
dijamin bakalan klepek-klepek dech..! Ya, termasuk juga aku “Sahabatnya” yang
selalu mengaguminya.
Kami bersahabat sejak SMP dan sampai kami duduk dibangku SMA pun kami masih sering bersama. Satu hal yang selalu aku suka darinya, yaitu kebiasaannya yang selalu memberikan senyum indahnya kapanpun itu. Senyum yang selalu membuat hatiku bergetar dan menjadi kekuatan baru bagi hidupku.
Kami bersahabat sejak SMP dan sampai kami duduk dibangku SMA pun kami masih sering bersama. Satu hal yang selalu aku suka darinya, yaitu kebiasaannya yang selalu memberikan senyum indahnya kapanpun itu. Senyum yang selalu membuat hatiku bergetar dan menjadi kekuatan baru bagi hidupku.
“Astaga bun, ini kamu? ini beneran
kamu kan? kamu terlihat cantik sekali mengenakan kerudung itu, sangat cantik
malah! Ada angin apa? kog tiba-tiba kamu mendadak jadi alim gini?” Komentar
pertama Arya ketika melihatku memakai kerudung saat menjemputku untuk berangkat
sekolah bareng tiga bulan yang lalu.
Itu terakhir kalinya Arya menjemput aku untuk berangkat sekolah bareng. Itu semua bukan karena Arya nggak mau menjemputku lagi. Tapi karna aku yang memintanya. Dan semenjak itulah kami jarang menghabiskan waktu berdua, dan akupun mulai jarang masuk sekolah.
Itu terakhir kalinya Arya menjemput aku untuk berangkat sekolah bareng. Itu semua bukan karena Arya nggak mau menjemputku lagi. Tapi karna aku yang memintanya. Dan semenjak itulah kami jarang menghabiskan waktu berdua, dan akupun mulai jarang masuk sekolah.
“Pagi bun, kenapa kamu baru masuk
sekolah? Kemana aja seminggu ini?” Sambut Arya yang berdiri tepat diambang
pintu kelasku, sambil tersenyum manis.
“Nggak kemana-mana kog!” Jawab embun seadanya dengan wajah yang tampak pucat.
“Tapi kenapa kamu pucat bun? Apa kamu sakit?” Tanya Arya dengan nada kawatir sambil menyentuh kening Embun.
Tidak ada jawaban yang dapat dilontarkan Embun. Embun hanya termenung menuju tempat duduknya sambil membatin.” Andai kamu tau yang sebenarnya terjadi Arya, pasti kamu akan lebih kawatir dari ini, karna itulah aku tidak memberi tahu kamu, karna aku nggak mau lihat kamu bersedih. Aku nggak mau lihat senyuman kamu hilang, karna dengan senyuman kamu membuat aku bersemangat untuk menjalani hidup. Bahkan sampai seribu tahun lagi.”
“Nggak kemana-mana kog!” Jawab embun seadanya dengan wajah yang tampak pucat.
“Tapi kenapa kamu pucat bun? Apa kamu sakit?” Tanya Arya dengan nada kawatir sambil menyentuh kening Embun.
Tidak ada jawaban yang dapat dilontarkan Embun. Embun hanya termenung menuju tempat duduknya sambil membatin.” Andai kamu tau yang sebenarnya terjadi Arya, pasti kamu akan lebih kawatir dari ini, karna itulah aku tidak memberi tahu kamu, karna aku nggak mau lihat kamu bersedih. Aku nggak mau lihat senyuman kamu hilang, karna dengan senyuman kamu membuat aku bersemangat untuk menjalani hidup. Bahkan sampai seribu tahun lagi.”
Setelah pertemuan Embun dan Arya pagi
itu, lagi-lagi Embun tidak masuk sekolah. Tanpa ada kabar yang jelas, seperti
ditelan bumi. Tidak biasanya Embun nggak ada kabar seperti itu. Hal itu membuat
Arya kebingungan dengan semua sikap Embun yang seperti semakin menjaga jarak
darinya. Sudah beberapa hari Arya mencoba menelfon Embun, tapi tidak pernah
tersambung. Bahkane-mail dan BBM Aryapun tidak pernah dibalas. Sampai akhirnya
Arya memutuskan untuk mendatangi rumah Embun, dan hanya mendapatkan informasi
dari penjaga rumah embun bahwa keluarga Embun go to Singapore.
Setelah lewat seminggu dari kedatangan Arya kerumah Embun, barulah Embun kembali masuk sekolah. Tapi masih tetap dalam keadaan pucat seperti sebelumnya, bahkan lebih pucat dan agak kurusan. Tanpa banyak pikir Aryapun menghampiri Embun dan bertanya.
“Embun, kamu kemana aja? Kog ke Singapore nggak bilang-bilang aku? Kenapa beberapa bulan ini kamu selalu menjaga jarak dari aku?”
“Aku… ak.. uuu” Tiba-tiba saja Embun terasa sangat pusing dan kepalanya terasa sangat sakit seperti terkena lemparan ribuan batu. Dan akhirnya pingsan dihadapan Arya.
Setelah lewat seminggu dari kedatangan Arya kerumah Embun, barulah Embun kembali masuk sekolah. Tapi masih tetap dalam keadaan pucat seperti sebelumnya, bahkan lebih pucat dan agak kurusan. Tanpa banyak pikir Aryapun menghampiri Embun dan bertanya.
“Embun, kamu kemana aja? Kog ke Singapore nggak bilang-bilang aku? Kenapa beberapa bulan ini kamu selalu menjaga jarak dari aku?”
“Aku… ak.. uuu” Tiba-tiba saja Embun terasa sangat pusing dan kepalanya terasa sangat sakit seperti terkena lemparan ribuan batu. Dan akhirnya pingsan dihadapan Arya.
Sore harinya di Rumah sakit tepat
pukul 16.24
“Uhhff… aku dimana?” Tanya Embun ketika tersadar dari pingsannya sambil memegang kepalanya dan melihat sekelilingnya.
“Kamu ada dirumah sakit bun, udah jangan banyak bergerak dulu. Kamu istirahat aja” Jawab Arya sambil membantu Embun untuk berbaring kembali dan menyelimuti Embun yang tampak kedinginan.
“Tapi aku capek tiduran terus. Aku pengen jalan-jalan ketaman, ngelihat bunga-bunga yang sedang bermekaran.”
“Tapi diluar hujan Embuunn…”
“Nggak papa, aku udah lama nggak ngelihat hujan, aku takut nggak bisa ngelihat hujan lagi dalam hidupku”
Tidak ada yang bisa dilakukan Arya selain mengikuti permintaan Embun. Karna Arya tau, dia nggak bakalan bisa menolak permintaan Embun.
“Uhhff… aku dimana?” Tanya Embun ketika tersadar dari pingsannya sambil memegang kepalanya dan melihat sekelilingnya.
“Kamu ada dirumah sakit bun, udah jangan banyak bergerak dulu. Kamu istirahat aja” Jawab Arya sambil membantu Embun untuk berbaring kembali dan menyelimuti Embun yang tampak kedinginan.
“Tapi aku capek tiduran terus. Aku pengen jalan-jalan ketaman, ngelihat bunga-bunga yang sedang bermekaran.”
“Tapi diluar hujan Embuunn…”
“Nggak papa, aku udah lama nggak ngelihat hujan, aku takut nggak bisa ngelihat hujan lagi dalam hidupku”
Tidak ada yang bisa dilakukan Arya selain mengikuti permintaan Embun. Karna Arya tau, dia nggak bakalan bisa menolak permintaan Embun.
Sesampainya mereka ditaman, hujan
baru saja reda. Dan mereka duduk dikursi kayu panjang berwarna putih yang
berada ditengah taman. Embun terlihat begitu senang, tidak pernah Arya melihat
senyuman indah Embun seperti ini dalam beberapa bulan terakhir.
“Arya, lihat! Bunganya indah-indahkan tampak begitu segar dengan sisa-sisa tetesan air hujan. Seperti terkena butiran embun pagi. Waaahhh… lihat itu Arya, ada pelangi disore ini.. cantik sekali bukan?” Ucap Embun dengan senyum merona sambil menunjuk kearah pelangi.
“Iya” jawab Arya sambil meneteskan butiran bening dari mata indahnya.
“Loh, kamu kenapa sedih ya? Tanya Embun sambil mengusap air mata Arya agar tidak menetes lagi. Dan Aryapun menggenggam sebelah tangan Embun sambil barkata “Kamu kenapa nggak cerita kalo selama ini kamu terkena Leukimia?
“Karna aku nggak mau lihat kamu sedih. Udah, kamu jangan sedih lagi. O ya.. kamu punya impian nggak ya?” Tanya Embun.
“Kenapa?” Tanya Arya bingung.
“Karna kata orang, kalo kita berdo’a tentang yang kita impikan dibawah indahnya pelangi, impian kita akan terkabul”
“Benarkah? Apa kamu punya impian?” Tanya Arya ingin tau.
“Tentu, aku ingin bila aku pergi nanti, aku berada dalam pelukan orang yang aku sayang”
Mendengar ucapan Embun, hati Arya terasa sesak dan Aryapun menangis sambil memeluk Embun. Tidak ada kata-kata yang sanggup diucapkan Arya detik itu. Selain hanya menangis dan terus menangis.
“Arya, lihat! Bunganya indah-indahkan tampak begitu segar dengan sisa-sisa tetesan air hujan. Seperti terkena butiran embun pagi. Waaahhh… lihat itu Arya, ada pelangi disore ini.. cantik sekali bukan?” Ucap Embun dengan senyum merona sambil menunjuk kearah pelangi.
“Iya” jawab Arya sambil meneteskan butiran bening dari mata indahnya.
“Loh, kamu kenapa sedih ya? Tanya Embun sambil mengusap air mata Arya agar tidak menetes lagi. Dan Aryapun menggenggam sebelah tangan Embun sambil barkata “Kamu kenapa nggak cerita kalo selama ini kamu terkena Leukimia?
“Karna aku nggak mau lihat kamu sedih. Udah, kamu jangan sedih lagi. O ya.. kamu punya impian nggak ya?” Tanya Embun.
“Kenapa?” Tanya Arya bingung.
“Karna kata orang, kalo kita berdo’a tentang yang kita impikan dibawah indahnya pelangi, impian kita akan terkabul”
“Benarkah? Apa kamu punya impian?” Tanya Arya ingin tau.
“Tentu, aku ingin bila aku pergi nanti, aku berada dalam pelukan orang yang aku sayang”
Mendengar ucapan Embun, hati Arya terasa sesak dan Aryapun menangis sambil memeluk Embun. Tidak ada kata-kata yang sanggup diucapkan Arya detik itu. Selain hanya menangis dan terus menangis.
“Arya, aku capek sekali… Boleh aku
berbaring dipangkuanmu?” Tanya Embun dengan wajah yang sangat letih.
“Kenapa tidak?” Jawab Arya yakin sambil membantu Embun berbaring dipangkuannya. Dan mengusap-usap rambut Embun yang halus dan panjang.
“Arya, kamu harus janji sama aku, kalau aku udah nggak ada lagi disamping kamu, kamu nggak boleh sedih ya!”
“Nggak… kamu nggak boleh ngomong kayak gitu, aku akan selalu ada disamping kamu sampai kapanpun.” jawab Arya sambil terus mengusap rambut Embun hingga Embun tertidur dan terus bercerita “Embun, kamu tau nggak?Semenjak kamu menjauh dari aku dan jarang berada disampingku, aku merasa sangat kehilangan kamu. Aku kesepian! Dan saat itulah aku menyadari kalo aku telah jatuh cinta padamu. Kamu nggak marahkan bun?” Tanya Arya.
Tetapi tidak ada sedikitpun jawaban dari Embun selain terbaring dipelukan Arya dengan wajah tersenyum tanpa beban.Berkali-kali Arya membangunkan Embun, tetapi tidak berhasil.
“Emmmbuuunnn…” Sorak Arya sambil terus menangis dan memeluk Embun.
“Kenapa tidak?” Jawab Arya yakin sambil membantu Embun berbaring dipangkuannya. Dan mengusap-usap rambut Embun yang halus dan panjang.
“Arya, kamu harus janji sama aku, kalau aku udah nggak ada lagi disamping kamu, kamu nggak boleh sedih ya!”
“Nggak… kamu nggak boleh ngomong kayak gitu, aku akan selalu ada disamping kamu sampai kapanpun.” jawab Arya sambil terus mengusap rambut Embun hingga Embun tertidur dan terus bercerita “Embun, kamu tau nggak?Semenjak kamu menjauh dari aku dan jarang berada disampingku, aku merasa sangat kehilangan kamu. Aku kesepian! Dan saat itulah aku menyadari kalo aku telah jatuh cinta padamu. Kamu nggak marahkan bun?” Tanya Arya.
Tetapi tidak ada sedikitpun jawaban dari Embun selain terbaring dipelukan Arya dengan wajah tersenyum tanpa beban.Berkali-kali Arya membangunkan Embun, tetapi tidak berhasil.
“Emmmbuuunnn…” Sorak Arya sambil terus menangis dan memeluk Embun.
***
Tiga hari setelah kejadian itu,
kakak Embun memberikan secarik kertas berwarna pink yang bermotifkan bunga
kepada Arya. Surat itu sengaja ditulis Embun untuk Arya beberapa minggu sebelum
kematiannya. Dan Embunpun berpesan pada kakaknya bahwa surat itu harus
diberikan kepada Arya setelah ia tiada. Setelah Arya menerima surat itu, Arya
segera membacanya.
Dear: Sahabatku tercinta Refan Arya
Aditya
Maaf!
Hanya satu kata itu yang bisa aku ucapkan. Disaat kamu baca surat ini, mungkin aku udah nggak ada lagi disamping kamu.
Makasih!
Buat semua perhatian kamu ke aku. Aku bertahan hidup selama ini karna senyummu yang selalu dapat menghilangkan rasa sakit yang aku rasa.
Satu hal yang tak bisa kubantah, ” Aku selalu betah didekatmu, memasung jejakku setia berdiam dalam nafasmu” ..
Aku akan selalu menjadi Embun dalam hidupmu, cintamu, dan relung hatimu bahkan hari-harimu…
Orang yang menyayangimu.
Embun Pricilya Amanda
Hanya satu kata itu yang bisa aku ucapkan. Disaat kamu baca surat ini, mungkin aku udah nggak ada lagi disamping kamu.
Makasih!
Buat semua perhatian kamu ke aku. Aku bertahan hidup selama ini karna senyummu yang selalu dapat menghilangkan rasa sakit yang aku rasa.
Satu hal yang tak bisa kubantah, ” Aku selalu betah didekatmu, memasung jejakku setia berdiam dalam nafasmu” ..
Aku akan selalu menjadi Embun dalam hidupmu, cintamu, dan relung hatimu bahkan hari-harimu…
Orang yang menyayangimu.
Embun Pricilya Amanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar