Dari : Situs Alfi

Senin, 13 Mei 2013

No Theme


Hanya Sederas Hujan

Musim hujan sudah mulai terasa, setiap sore hujan mulai mengguyur kota kami dan keadaanku tak berubah masih seperti 2 bulan yang lalu. “ifa… minum dulu obatnya.” suara ibuku selalu terdengar di jam jam ini untuk sekedar mengingatkanku menelan obat obatku yang membuatku merasa membebani orang tuaku yang tiap bulan harus membeli obat obatan untukku. “iya bu… sebentar.” aku mulai menjalankan kursi rodaku dan membuka pintu.
“Kata ayah, bulan ini kamu sudah bisa ikut terapi sayang.” dengan mengecup keningku dan memberi obat untukku, suara ibu seolah membuat hatiku begitu gembira akhirnya aku terapi agar bisa berjalan lagi.
***
8 bulan yang lalu radit adalah tunanganku kami memang serius menjalani semua ini, kita sama aku serius dengan radit, radit pun serius dengan ku dan dengan mika.
“sayang kamu sore ini temenin aku ke toko buku yah, ada terbitan baru yang pengin aku beli”
“ifa… emang ngga ada kerjaan lain apa selain baca buku buku ilusi itu?” balas radit dengan meneguk teh buatanku.
“kamu kenapa sih? biasanya juga engga protes kok, ada masalah apa kamu?” ucapku dengan pelukan kecil diperut radit.
hp radit yang dari tadi di meja tampak menyala dan bergetar, ya… ada sms masuk. Tanganku seketika ditarik begitu aku akan mengambil hpnya. “katanya mau ke toko buku, sana siap siap dulu.” sambil membaca pesannya dia berbicara padaku, tak pernah sebelumnya dia lebih mementingkan hapenya seperti itu, tapi aku tidak mau berfikiran negatif tentang orang yang sangat aku sayang. setelah tersenyum kecil aku masuk kamar dan mengganti bajuku dan bersiap untuk ke toko buku. Setelah keluar kamar Radit sudah ada di mobilnya dan menelfon seseorang, begitu aku masuk dia keluar mobil dan melanjutkan telfonnnya.
“Siapa yang telfon?” itu hanya terucap dibatinku saja, karena berharap radit yang akan memberitahu tanpa ku tanya
“Kita mau ke toko yang biasa apa yang mana fa?” sambil menyalakan mobilnya tanpa menoleh ke arahku dia bertanya seperti itu.
“Terserah saja, bukunya sudah ada dimana mana kok.” aku jawab seadanya dengan menutup kaca mobil dan menatap keluar.
***
3 hari setelah itu dia tidak pernah terdengar kabarnya, bahkan saat aku kerumahnya mereka sudah pindah rumah, aku kebingungan kurang lebih 2 minggu sampe akhirnya aku memutuskan bertemu Era, teman dekatnya
“sudah dua minggu ini radit menghilang” ceplosku begitu era melihatku didepan pintu.
“Ifa, kamu kenapa.” Era memeluku begitu mulai melihatku menangis
“sudah dua minggu radit tidak ada kabar bahkan rumahnya kosong, kata tetangga dia pindah seminggu yang lalu.” setelah duduk aku mulai menceritakannya.
“Loh, aku engga tau fa, sudah lama aku ngga tau kabarnya radit, aku sibuk dengan tugas kantorku fa, kalian ada apa?” era meletakan minum dan mulai duduk disampingku.
semua kuceritakan mulai dari anehnya sikap radit terhadapku sampai seringnya radit menerima sms dan telfon dari seseorang. Era yang tidak tau apa apa pun ikut menanyakan radit ke semua teman teman radit, hasilnya nihil. Bahkan kita sudah mencari radit di kampus dan radit sudah lama meninggalkan semesternya. Aku makin bingung, begitu juga Era bahkan kami sempat menanyakan ke semua teman radit di kampusnya, mereka pun sama tidak tau.
***
Kami bersiap untuk datang ke acara ulang taun teman smpku yang juga teman kantor era sekarang, sangat luar biasa perjalan kami, hanya berdua dengan menggunakan mobil era yang belum terbiasa jalan jauh ini dugaanku benar, dijalan mobil era mogok, akhirnya kami menunggu mobil diperbaiki oleh bengkel terdekat.
“Lagian temen kantor kamu ko rumahnya jauh banget ra?” sambil membetulkan make up ku yang rusak.
“katanya ini spesial makanya dia rayain di rumah calon tunangannya itu.” masih sibuk memperhatikan mobilnya.
“tapi kan…” kata kataku terhenti seketika saat hpku dengan dering khusus untuk nomer radit berbunyi.
“apa fa?” menoleh ke arahku dengan muka penuh ke heranan.
Aku hanya tersenyum dan mengangkat panggilan dari tunanganku yang sudah 3bulan menghilang dari hidupku. “kamu kemana?” suaraku pelan dan penuh kasih saat menjawab panggilannya. “Ifa… aku sangat menyayangimu, kamu tau itu, aku sangat menginginkanmu untuk bahagia aku ingin kamu bahagia ifa…” terdengar sedikit tangisannya, sudah 2 taun kami pacaran dan baru sekarang aku mendengarnya menangis. “radit… tunanganku.” “ifa… kita ngga bisa lanjutin tunangan kita ini fa.”
“Radit, kamu kenapa? ada apa? cerita sama aku… Radit.” Aku hanya bisa menatap kosong dunia saat radit memutus telfonnya setelah memutus hubungan kita ini, sungguh aku engga tau yang sekarang aku rasain.
“Ifa…” Era langsung memeluku setelah tau yang menelfon adalah radit, orang yang menghilang tiba tiba itu.
“mba silakan mobilnya sudah bisa jalan.”
“oh, iya ini ambil.” Era segera menuntunku ke mobilnya.
Dua jam di dalam mobil aku hanya diam dan berfikir ada apa dengan raditku, ada masalah apa dia?
“Ifa, kalo kamu mau pulang saja, aku ngga keberatan fa.” menatapku dengan penuh tanya
“engga papa Era, kita harus dateng, ica dulu temen baikku.”
***
Benar benar sepesial Ica mengenakan gaun yang begitu cantik, ulang taunnya begitu mewah, tamunya begitu banyak. Seketika pikiranku tentang radit menghilang, dan ikut merasakan meriahnya ulang taun teman dekat smpku ini. Mungkin ica terlalu sibuk karena begitu banyak tamu yang datang sehingga dia tidak melihatku dan Era sudah hadir di pestanya.
“Terima kasih sebelumnnya untuk kedatangan kalian semua di acara pesta pertunanganku yang sudah seminggu lalu.” sambut Ica begitu semua tamu datang
Semua bersorak dan tersenyum merasa tertipu, mereka pikir ini acara ulang taun saja, pantas begitu ramai dan mewah.
“Perkenalkan nama saya Gian, terimakasih untuk semua yang sudah mau datang ke acara kami ini.”
Pestanya begitu ramai dan menyenangkan. sesampainya di rumah. Ya Tuhan itu mobil radit! itu mobil radit! aku berlari serasa sangat ingin memeluknya karena begitu jahatnya dia menghilang dariku.
Oh God ada apa, kenapa semuanya menunduk saat aku datang, kenapa semuanya diam dan kenapa radit bersama seorang wanita yang belum aku kenal.
“Aku pulang.” Dengan rasa tidak peduli aku masuk kamar tanpa memandang muka siapa pun lagi.
“keluar dulu nak, radit mau bicara.” ibu terus mengetuk pintu kamarku.
Difikiranku hanya satu, itu adalah pacar baru radit dan dia ingin meminta maaf karena menghianatiku. keluar kamar ibuku tersenyum masam dan menuntunku ke radit.
“Ifa…ini Sely.” sapa radit dengan sedikit mengangkat alisnya, kebiasaan radit saat sedang grogi
“Sely…” Ucap sely dan kemudian menunduk. dan tiba tiba bangun dari kursi dan memeluku.
“Mika sudah 6 bulan koma, setelah bangun dia hanya memanggil nama radit, dan selalu radit. kaka sering menghubungi radit agar hanya sekedar menjenguk mika, mika sudah… sudah…” kata katanya tehenti dan tangisnya semakin menjadi.
“duduk dulu sel.” kata radit dan coba menenangkannya.
siapa mika, koma, apa, ada apa ini. Aku hanya diam dan kebingungan, ingin rasanya aku menangis saat fikiran fikiran negatifku memenuhi otak.
Setelah dijelaskan ternyata Mika adalah adik kelas radit saat SMA dan merupakan mantan radit dulu, namun tak seperti radit yang bisa melupakannya dan bertunangan denganku. Mika bertaun taun tidak bisa jauh dari radit, bus rombongan wisatanya terguling yang menyebabkan Mika koma. Mika hanya bisa mengingat sedikit tentang apa yang ada di hidupnya, dia amnesia. Dan radit lah yang bisa jadi dokter karena Mika tak pernah kehilangan memorinya dengan radit. Aku tak memahaminyaa, kenapa harus raditku kenapa harus radit, dan kenapa mereka harus bertunangan hanya untuk mengembalikan memori yang hilang? kenapa mereka tak membuat memori baru dan tidak membawa radit kedalamnya?
Aku frustasi dan mulai mengkonsumsi obat obatan terlarang yang membuat saraf sarafku melemah, setelah rehab saraf kakiku tetap lemah dan menjadi seperti ini sekarang. Yang aku dengar Mika mulai mengingat memorinya dan aku berharap dia mengembalikan apa yang dia pinjam setelahnya.
***
“Ibu, terapiku mulai kapan?”
“Kamu sabar, nanti ayah akan menjelaskannya lebih lanjut.”
Aku hanya tersenyum melihat hujan di luar sana, dan percaya sederas derasnya hujan, pasti akan reda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar